Pasar tradisional merupakan pusat kegiatan ekonomi rakyat yang penting di berbagai daerah, termasuk Bengkulu. Namun di balik aktivitas jual beli yang dinamis, ada persoalan lingkungan yang mendesak untuk diatasi: penggunaan plastik sekali pakai yang masih sangat tinggi. Hampir semua transaksi di pasar melibatkan plastik, mulai dari pembelian sayur, ikan, hingga bumbu dapur.
Menurut data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024, Indonesia menghasilkan sekitar 68 juta ton sampah setiap tahun, dengan 17% di antaranya berupa plastik (sumber: https://dlhkepulauranriau.id/). Sebagian besar plastik ini berasal dari pasar tradisional dan rumah tangga. Berdasarkan laporan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bengkulu, jumlah sampah plastik di provinsi ini meningkat sekitar 8% setiap tahun, terutama di wilayah pasar yang padat pengunjung seperti Pasar Panorama dan Pasar Minggu.
Ketergantungan terhadap plastik telah menyebabkan masalah besar pada ekosistem laut dan sungai di Bengkulu. Plastik yang tidak terurai mencemari air, tersangkut di saluran drainase, dan berakhir di pesisir Pantai Panjang. Oleh karena itu, langkah konkret untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di pasar tradisional menjadi sangat penting.
Edukasi dan Kesadaran Pedagang serta Pembeli

Perubahan besar dimulai dari edukasi sederhana. Pedagang dan pembeli memiliki peran yang sama pentingnya dalam upaya mengurangi plastik di pasar tradisional.
Bagi pedagang, penggunaan plastik memang tampak lebih mudah dan ekonomis. Namun, mereka dapat berperan aktif sebagai agen perubahan dengan cara tidak memberikan kantong plastik untuk setiap transaksi kecil. Misalnya, ketika pembeli hanya membeli satu produk, pedagang bisa menanyakan apakah kantong plastik masih dibutuhkan.
Sementara pembeli dapat berkontribusi dengan membawa wadah atau tas kain sendiri. Beberapa komunitas lokal bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu sudah mulai mengadakan gerakan “Belanja Tanpa Plastik” di pasar-pasar utama. Kampanye ini membuktikan bahwa perubahan perilaku bisa dimulai dari kebiasaan kecil.
Edukasi dapat dilakukan melalui penyuluhan yang bersifat praktis. Misalnya, DLH bersama komunitas lingkungan mengadakan kegiatan sosialisasi di area pasar, memberikan contoh penggunaan tas kain, dan membagikan panduan praktis tentang pengelolaan sampah plastik.
Alternatif Ramah Lingkungan Pengganti Plastik
Mengurangi plastik bukan berarti membatasi aktivitas jual beli. Ada banyak solusi praktis yang bisa diterapkan untuk mendukung gerakan ini.
Kalimat pengantar: Alternatif berikut dapat membantu pedagang dan pembeli bertransaksi tanpa harus bergantung pada plastik sekali pakai.
1. Tas Belanja Kain atau Anyaman Bambu
Tas belanja kain merupakan solusi yang dapat digunakan berulang kali dan tahan lama. Selain itu, tas anyaman bambu buatan lokal bisa menjadi pilihan menarik. Produk ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mendukung ekonomi kreatif masyarakat Bengkulu.
2. Wadah dari Daun atau Kertas
Beberapa pedagang makanan bisa mengganti plastik dengan daun pisang, daun jati, atau kertas minyak. Selain mudah terurai, bahan ini juga aman untuk membungkus makanan panas dan menambah nilai estetika alami.
3. Gerakan “Bawa Wadah Sendiri”
Kampanye membawa wadah sendiri saat berbelanja bahan basah mulai diterapkan di beberapa daerah. Wadah tahan lama seperti kotak stainless steel atau kontainer plastik tebal bisa digunakan berulang kali. Dinas Lingkungan Hidup dapat memperluas gerakan ini melalui kerja sama dengan pedagang di pasar-pasar besar.
Dengan menyediakan alternatif yang mudah dijangkau, masyarakat tidak merasa kesulitan untuk meninggalkan plastik sekali pakai.
Peran Pemerintah dan Komunitas Lingkungan
Upaya mengurangi penggunaan plastik akan berhasil jika ada dukungan nyata dari pemerintah daerah dan komunitas lingkungan. Kolaborasi ini menjadi kunci keberhasilan.
Beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan antara lain:
- Penerapan aturan pasar bebas plastik. Pemerintah dapat memberlakukan kebijakan pembatasan penggunaan plastik di pasar, misalnya hanya memperbolehkan kantong biodegradable.
- Pelatihan untuk pedagang. Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu dapat memberikan pelatihan agar pedagang memahami manfaat dan cara beralih ke kemasan ramah lingkungan.
- Kolaborasi komunitas. Komunitas seperti Bank Sampah dan organisasi lingkungan dapat mengadakan kampanye pasar hijau dan lomba kebersihan pasar.
Kalimat penghubung: Ketika regulasi pemerintah berjalan beriringan dengan partisipasi masyarakat, perubahan menuju pasar bebas plastik akan lebih cepat terwujud.
Tips Praktis Saat Berbelanja di Pasar
Masyarakat dapat berkontribusi secara langsung dalam pengurangan plastik melalui kebiasaan sederhana berikut:
- Bawa tas belanja sendiri. Gunakan tas kain lipat atau keranjang bambu yang bisa digunakan berulang kali.
- Tolak kantong plastik tambahan. Untuk pembelian kecil, cukup bawa langsung tanpa kantong tambahan.
- Gunakan wadah pribadi untuk bahan basah. Saat membeli daging atau ikan, gunakan wadah tertutup dari rumah.
- Bawa botol minum isi ulang. Hindari membeli minuman kemasan sekali pakai.
- Dukung pedagang ramah lingkungan. Pilih berbelanja di lapak yang menerapkan sistem bebas plastik.
Perubahan kecil ini jika dilakukan secara konsisten dapat mengurangi volume sampah plastik di Bengkulu secara signifikan.
Dampak Positif dari Pengurangan Plastik Sekali Pakai
Mengurangi plastik sekali pakai memberikan manfaat langsung bagi masyarakat dan lingkungan.
- Pasar menjadi lebih bersih dan sehat. Sampah plastik berkurang, udara lebih segar, dan lingkungan pasar tidak bau.
- Mengurangi beban TPA. DLH Bengkulu mencatat bahwa 25% volume sampah pasar berasal dari plastik. Jika berkurang, pengelolaan sampah jadi lebih efisien.
- Meningkatkan citra daerah. Bengkulu dapat menjadi contoh provinsi ramah lingkungan dengan dukungan pemerintah dan masyarakat.
- Mendorong ekonomi hijau. Peluang usaha lokal seperti produksi tas kain, anyaman bambu, dan kemasan kertas semakin berkembang.
Kalimat penghubung: Dampak positif tersebut tidak hanya dirasakan lingkungan, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi lokal berbasis keberlanjutan.
Studi Kasus: Pasar Bebas Plastik di Daerah Lain
Beberapa daerah di Indonesia telah membuktikan bahwa pasar bebas plastik bisa diterapkan dengan sukses. Salah satunya adalah Pasar Rejowinangun di Yogyakarta, yang sejak 2022 menerapkan sistem “Bawa Tas Sendiri” (sumber: https://dlhkepulauranriau.id/).
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan Dinas Lingkungan Hidup setempat yang rutin memberikan edukasi dan insentif bagi pedagang. Program serupa juga diterapkan di Pasar Sukaramai Pekanbaru, di mana 90% pedagang kini menggunakan kemasan ramah lingkungan.
Dengan meniru langkah tersebut dan menyesuaikan kebijakan lokal, Bengkulu berpotensi besar menciptakan pasar bebas plastik yang menjadi percontohan di Sumatra.
Kesimpulan
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di pasar tradisional adalah tanggung jawab bersama antara masyarakat, pedagang, dan pemerintah. Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu berperan penting sebagai penggerak utama dalam menciptakan sistem pasar yang ramah lingkungan.
Perubahan perilaku, dukungan regulasi, dan edukasi berkelanjutan menjadi kunci utama. Setiap langkah kecil, seperti membawa tas belanja atau menolak kantong plastik, dapat membawa dampak besar bagi kebersihan dan masa depan Bengkulu.