Bengkulu Tengah merupakan salah satu wilayah di Provinsi Bengkulu yang memiliki potensi sumber daya alam melimpah, terutama batu bara, pasir, dan emas. Aktivitas penambangan di wilayah ini berkembang pesat dalam dua dekade terakhir dan menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat setempat. Namun, di balik manfaat ekonomi tersebut, muncul dampak lingkungan yang signifikan, terutama terhadap ekosistem sungai yang berperan vital bagi kehidupan warga.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bengkulu tahun 2024, terdapat peningkatan kadar logam berat dan sedimentasi di beberapa sungai di Bengkulu Tengah, termasuk Sungai Air Kotok dan anak Sungai Bengkulu. Fenomena ini menandakan terjadinya tekanan ekologis serius akibat aktivitas tambang yang belum sepenuhnya memperhatikan aspek keberlanjutan.
Kondisi Ekosistem Sungai Sebelum dan Sesudah Penambangan

Sebelum aktivitas tambang meningkat, sungai-sungai di Bengkulu Tengah memiliki kualitas air yang baik dan menjadi habitat bagi beragam biota air. Ikan lokal seperti seluang dan baung masih mudah ditemukan, dan masyarakat dapat menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, situasi tersebut berubah drastis setelah penambangan berkembang pesat. Laporan DLH Bengkulu Tengah menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan dan kandungan logam berat di beberapa sungai meningkat hingga 30% dibandingkan satu dekade lalu. Selain itu, produktivitas pertanian warga di sekitar aliran sungai juga menurun karena kualitas air irigasi memburuk.
Jenis Dampak Penambangan Terhadap Sungai
Aktivitas penambangan di Bengkulu Tengah memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap sungai. Dampak ini meliputi pencemaran air, gangguan habitat, dan perubahan tata aliran sungai yang memicu bencana lingkungan.
1. Pencemaran Air dan Sedimentasi
Dikutip dari laman https://dlhambon.id/, Penambangan batu bara dan pasir menghasilkan limbah padat serta cair yang mudah masuk ke aliran sungai. Limbah ini membawa partikel lumpur dan zat kimia seperti merkuri dan arsenik yang berbahaya bagi makhluk hidup. Akibatnya, air sungai menjadi keruh, berbau, dan tidak layak konsumsi. Sedimentasi yang terus menumpuk juga menyebabkan pendangkalan sungai dan memperbesar potensi banjir di wilayah hilir.
2. Gangguan Habitat Biota Air
Kerusakan ekosistem sungai berdampak pada kehidupan biota air. Banyak spesies ikan yang kehilangan habitat alami karena dasar sungai berubah dan kadar oksigen terlarut menurun. Populasi ikan endemik menurun drastis, dan rantai makanan alami di sungai terganggu.
3. Erosi dan Banjir
Penambangan terbuka menyebabkan hilangnya vegetasi di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanpa penahan alami, air hujan membawa material tanah langsung ke sungai. Erosi meningkat dan mempercepat sedimentasi. Beberapa desa seperti Taba Penanjung dan Talang Empat kini lebih sering mengalami banjir saat curah hujan tinggi.
4. Dampak Sosial Ekonomi
Selain kerusakan ekologis, masyarakat sekitar tambang turut terdampak secara ekonomi. Nelayan sungai kehilangan sumber penghasilan karena ikan sulit ditemukan. Petani di bantaran sungai mengalami gagal panen karena air irigasi tercemar. Selain itu, warga harus membeli air bersih karena sumber air rumah tangga tidak lagi aman.
Kebijakan dan Pengawasan Pemerintah Daerah
Pemerintah Bengkulu Tengah melalui Dinas Lingkungan Hidup memiliki peran strategis dalam mengawasi aktivitas tambang dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan. Setiap perusahaan tambang diwajibkan memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai syarat beroperasi.
Namun, berdasarkan temuan lapangan, pengawasan di lapangan masih menghadapi tantangan. Banyak aktivitas tambang skala kecil belum memiliki izin resmi. Lemahnya koordinasi antarinstansi dan keterbatasan sumber daya manusia memperburuk situasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu Tengah meningkatkan frekuensi inspeksi dan menggandeng akademisi lokal untuk memantau kualitas air sungai. Program monitoring ini menghasilkan laporan periodik yang menjadi acuan dalam mengambil kebijakan pengendalian dampak tambang.
Upaya Rehabilitasi dan Solusi Berkelanjutan
Untuk memulihkan ekosistem sungai di Bengkulu Tengah, perlu kolaborasi antara pemerintah, pelaku tambang, dan masyarakat lokal. Pendekatan berkelanjutan menjadi kunci utama dalam menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.
1. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Rehabilitasi DAS dilakukan melalui penanaman pohon dan vegetasi penahan tanah di sekitar bantaran sungai. Dinas Kehutanan bersama Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu Tengah telah menanam ribuan bibit pohon di area yang terdampak penambangan. Program ini bertujuan mengurangi erosi dan memperbaiki daya serap air tanah.
Beberapa komunitas lingkungan seperti Walhi Bengkulu juga aktif melakukan restorasi ekosistem melalui kampanye “Sungai Lestari Bengkulu”. Upaya ini diharapkan dapat memulihkan fungsi ekologis sungai dalam jangka panjang.
2. Pengelolaan Limbah Tambang
Pemerintah mendorong penerapan teknologi pengolahan limbah tambang untuk meminimalisasi pencemaran. Setiap perusahaan diwajibkan memiliki sistem tailing management yang berfungsi menampung dan mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup juga diberi kewenangan untuk memberikan sanksi administratif hingga pencabutan izin bagi tambang yang melanggar.
Langkah ini perlu diperkuat dengan transparansi publik agar masyarakat dapat memantau kinerja perusahaan tambang dalam menjaga lingkungan.
3. Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
Selain kebijakan formal, partisipasi masyarakat menjadi faktor penting dalam menjaga kelestarian sungai. Edukasi publik dilakukan melalui program sekolah sungai, pelatihan masyarakat, dan kampanye kebersihan. Dinas Lingkungan Hidup berkolaborasi dengan universitas di Bengkulu untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan mengenai bahaya limbah tambang terhadap kesehatan dan lingkungan.
Gerakan gotong royong membersihkan sungai serta larangan membuang sampah domestik ke aliran air menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun kesadaran lingkungan.
Peran Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu Tengah
Dinas Lingkungan Hidup memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan tambang beroperasi secara berkelanjutan. Lembaga ini tidak hanya mengawasi, tetapi juga memberikan rekomendasi teknis bagi perusahaan dalam pengelolaan limbah. DLH Bengkulu Tengah juga rutin melakukan uji laboratorium terhadap sampel air sungai untuk memantau perubahan kualitas air.
Kinerja Dinas Lingkungan Hidup sangat menentukan keberhasilan program pemulihan ekosistem. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas personel, dukungan anggaran, dan koordinasi lintas sektor agar upaya konservasi dapat berjalan optimal.
Penutup
Dampak penambangan terhadap ekosistem sungai di Bengkulu Tengah tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak dikendalikan, kerusakan ekologis akan berdampak panjang terhadap ekonomi, kesehatan, dan keberlanjutan hidup masyarakat. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus saling berperan aktif untuk memperbaiki kondisi lingkungan.
Dengan pengawasan ketat dari Dinas Lingkungan Hidup, penerapan teknologi tambang ramah lingkungan, serta kesadaran kolektif masyarakat, sungai di Bengkulu Tengah masih dapat diselamatkan. Menjaga sungai berarti menjaga sumber kehidupan dan masa depan daerah.